Shawsank Redemption dan Perpustakaan

Menonton film lama Shawsank Redemption (1994) membuat saya teringat perpustakaan di asrama dulu. Saya memang suka membaca buku terutama waktu SMP, puncaknya suka membaca buku ya dijaman itu. Di masa SMA mulai menurun tapi masih mendingan dibandingkan sekarang ini hahaha..

Waktu SMA saya tinggal di asrama, dan salah satu hal yang membuat saya penasaran adalah kenapa perpustakaan asrama dengan koleksi buku yang cukup banyak tidak pernah dibuka. “Belum sempat diatur” jawab frater (calon pastor) pembimbing kami.

Di asrama dulu, kami bisa menjadi pengurus asrama jika sudah kelas 2 SMA. Pertimbangannya di usia kelas 1 SMA masih belum cukup senior, sedangkan anak-anak kelas 3 SMA dibiarkan lebih fokus belajar untuk ujian akhir nasional.

Di kelas 2 SMA, pengumpulan suara pemilihan ketua asrama periode baru diadakan dan yang mendapatkan suara terbanyaklah yang jadi ketua asrama, sedangkan pesaing terdekatnya menjadi wakil ketua. Saya langsung mendekati teman saya yang menjadi ketua dan wakil dan meminta posisi seksi pendidikan dengan target utama ingin mengatur perpustakaan. “Wah ini kolusi dan nepotisme” teman saya bercanda. Jaman itu memang jamannya Soeharto jatuh dan banyak demo anti korupsi, kolusi dan nepotisme. Akhirnya saya memang memegang posisi seksi pendidikan.

Kebetulan di perpustakan asrama ada buku tentang cara mengklasifikasi buku di perpustakaan. Lumayan juga tambahan pengetahuan tentang cara mengklasifikasi buku yang ternyata tidak sesederhana yang saya bayangkan. Kalau kita perhatikan kadang ada buku yang menyertakan katalog dalam terbitan, nah itu untuk membantu pengaturan buku di perpustakaan. Frater yang melihat susunan buku yang tidak beraturan tinggi rendahnya bertanya “kok tidak rapi?” Saya jelaskan kalau susunanannya berdasarkan klasifikasi. Akhirnya sesudah beberapa waktu yang cukup lama saking banyaknya buku, perpustakan asrama bisa dibuka lagi seperti seharusnya.

Rupanya Pastor kepala asrama juga tertarik untuk mengatur perpustakaan di ruangannya seperti cara klasifikasi di perpustakaan. Guru di sekolah mungkin mendengar dari teman juga meminta bantuan saya membantu mengatur perpustakaan di SMA. Terus terang saja perpustakaan di SMA sangat membosankan, didominasi text book yang rasanya pengen saya bakar saja. Tapi lumayan waktu itu saya kadang minta guru yang bertanggung jawab bagian perpustakaan untuk memintakan ijin tidak ikut les PPKN yang bikin ngantuk ke guru yang bersangkutan hehe..

Shawsank Redemption

By the way busway, film Shawsank Redemption (1994) sangat bagus, ratingnya 9.3 di IMDB, dan 93% di situs Rotten Tomatoes. Inti cerita film ini adalah tentang memelihara harapan. “Get busy living, or get busy dying” kata Andy Dufresne, tokoh utama film itu. Yang belum nonton coba nonton deh.

Books That Stuck in My Mind

Akhir-akhir ini semakin jarang sekali membaca buku, salah satu penyebabnya kayaknya makin mudah bermain-main di dunia maya sepanjang waktu. Padahal perkembangan penerbitan setelah reformasi sungguh luar biasa. Persebaran ide melalui media cetak apapun bentuknya lebih mudah saat ini. Seandainya saja dari dulu begini..

Iseng-iseng saya coba mengingat-ingat lagi buku apa yang paling berkesan bagi saya, dan mungkin sekali telah mempengaruhi pikiran saya..

1. Seri Winettou – Karl May
Pernah ingat album cerita ternama? Ya, untuk memanjakan anak-anak, sebuah penerbit pernah menerjemahkan novel-novel dunia ke dalam bentuk komik, dan saya paling suka kisah Winetou. SerigalaSaya ingat betul waktu belum bisa membaca, Mama yang membacakan ceritanya.  Setelah bisa membaca akhirnya kesampaian membaca novel Winettou terbitan Pradnya Paramitha, minjem di perpustakaan susteran. Diantara teman-teman banyak penggemar buku ini, jadilah temanya sering sekali dijadikan tema main tembak-tembakan meniru para cowboy dan Indian dan tema menggambar. Tokoh Old Shatterhand paling sering diperebutkan perannya. Untuk anak-anak ceritanya memang cocok sekali, dan bagusnya disitu juga terselipkan pesan-pesan humanis lewat kisah pertemanan Winettou dan Old Shatterhand.

2. Tintin – Herge
Benar-benar komik yang menambah wawasan anak-anak dengan cara yang menarik, dari Tibet, Arab, Eropa Timur, sampai ke Amerika Latin. Tokoh favorit tentu saja Kapten Haddock. Paling ingat waktu acara di radio dia berjanji berhenti minum whisky. Selesai acara dia disuguhi minuman dan dia hampir muntah! “Minuman apa ini!??” katanya. Ternyata air putih..kekekeke..geblek banget nih orang 🙂

3. Lima Sekawan – Enyd Blyton
Enyd Blyton, nama yang menghiasi hampir semua buku anak-anak waktu itu. Petualangan George, Anne, Julian dan Dick benar-benar mengesankan  saya dulu. Apalagi tema mereka itu selalu tentang liburan dan selalu secara nggak sengaja nyemplung ke dalam masalah berhadapan dengan penjahat-penjahat.

4. Hercule Poirot – Agatha Christie
Padahal dulu membaca buku ini selalu saja isinya cepat terlupakan. Tapi selalu saja asik ketika mencapai bagian dimana tuan Hercule Poirot yang kecil dan rapi mulai menjelaskan kronologi peristiwa, dimana dengan bantuan “sel-sel kelabunya” ia berhasil memecahkan kasus dengan hasil yang selalu saja tak terduga!

5. Lupus – Hilman.
Buku ringan yang enak dibaca. Buku bergaya pop pertama di Indonesia (?), lucu banget dan banyak sekali kisah harunya yang meski simpel tapi menggetarkan, sampe sekarang kalo nemu di toko buku masih suka beli. Dari buku inilah pertama kenal yang namanya Blok M tempat Lupus, Boim dan Gusur ngejar-ngejar bis kota.

6. Klub Ilmuwan Edan
Saya suka sekali buku ini dulu. Tentang sekumpulan anak muda yang suka bereksperimen dan membuat alat-alat yang sering dipakai buat ngerjain orang. Kepingin baca buku-buku ini lagi kalau ketemu.

7. Papillon
Saya baca buku ini waktu umur mungkin belom cukup dewasa jadi banyak adegan yang cukup melekat karena benar-benar out of the box bagi saya waktu itu. Kisah nyata seorang tahanan Perancis. Awal cerita saja sudah tentang menyimpan uang dalam selongsong peluru lalu dimasukkan ke usus lewat dubur. Lalu tentang bagaimana mereka menghabiskan masakan daging kelinci sang sipir dan menggantikannya dengan daging kucing. Atau perkawinan dalam pelariannya dengan gadis Indian yang pakaiannya tanpa penutup dada. Pengen banget ketemu buku ini lagi dan baca ulang.

8. Ekspedisi Kon Tiki
Kisah nyata Kon Tikiperjalanan pembuktian teori bahwa orang Indian mampu menyeberangi Samudera Pasifik menggunakan rakit balsa hingga ke pulau-pulau Laut Teduh. Sekumpulan orang Skandinavia yang berani!

9. Dataran Tortilla – John Steinbeck
Yang paling saya sukai dari buku ini adalah gayanya yang lucu sarkastik, orang NTT bilang lucu-lucu kering. Penggambaran kondisi sosial masyarakat dengan cara yang unik sekali menurutku. Bahkan rasispun menjadi lucu sekali. Lucu-lucu kering dalam sedihnya kehidupan. Level buku ini juga harus nyari lagi dan baca ulang!

10. Harimau! Harimau! – Mochtar Lubis
Kisah tentang sekelempok orang dengan karater masing-masing terperangkap di hutan dan menjadi buruan seekor harimau. Pertarungan melawan batin dan melawan harimau.

Pengaruh Tintin dan Bob Sadino Terhadap Passion Anak-Anak

Ckckckck..judulnya kayak judul skripsi aja..

Menurut saya sih buku bacaan masa kecil dan remaja masuk dalam salah satu faktor yang memberikan influence terhadap passion kita dalam hidup. Saya jadi berpikir begitu dari melihat contohnya saya sendiri.

Misalnya, saya suka jalan-jalan saya yakin terpengaruh bacaan kayak petualangan Tintin, atau buku Karl May tentang Winnetou dan Old Shatterhand, atau buku tentang Lima Sekawan dan beberapa karangan Enid Blyton lainnya, dan lain lain.

Saya juga jadi suka bidang elektro mungkin gara-gara bacaan juga. Misalnya inspirasi dari Jupiter di buku Trio Detektif yang suka membuat dan merakit alat sendiri, yang membuat markas mereka tersembunyi dibalik rongsokan barang-barang bekas lengkap dengan pintu rahasia, kamera tersembunyi dan intercom. Atau gara-gara baca Doraemon jadi terinspirasi untuk membuat mainan sendiri kayak punya Doraemon. Kalau di kisah Smurf saya paling senang si Smurf bagian engineering yang suka bikin alat-alat itu. Tapi saya paling senang cerita tentang anak-anak Klub Ilmuwan Edan atau Mad Scientists’ Club (jadi ingat EDC jaman kuliah) karangan Bertrand R. Brinley, bagaimana mereka membuat alat-alat untuk isengin warga kota mereka, dari rumah berhantu, penampakan UFO, sampai monster di danau, tapi kadang mereka membantu warga juga misalnya pernah membuat alat pembuat hujan buatan gara-gara perkebunan apel kenalan mereka yang kekurangan air.

Nah satu hal menarik yang saya perhatikan, bacaan anak dan remaja itu sedikit sekali dengan tema kewirausahaan atau enterpreneurship. Kebanyakan adalah tentang petualangan, pahlawan atau hero, tentang para penemu, dan tentang raja-raja penakluk atau para jenderal. Sebenarnya ada cerita-cerita tentang penemu yang jadi pengusaha, tapi unsur kewirausahaannya kurang ditekankan. Saya sendiri sampai kuliah sedikit sekali minat di bidang enterpreneurship atau ekonomi. Dulu saya paling sebal lihat kolom ekonomi di harian Kompas. Saya yakin itu salah satunya gara-gara faktor bacaan masa kecil juga. Waktu kerja baru sedikit terbuka setelah ketemu teman-teman baru di Jakarta.

Jadi saya pikir salah satu cara menanamkan enterpreneurship sejak dini itu adalah menggalakkan buku-buku entah fiksi atau non fiksi yang menarik untuk anak-anak dan remaja. Misalnya kisah Bob Sadino dibuatkan komik, atau kisah Warren Buffet, atau Richard Branson dan seterusnya. Kesulitannya memang tema ini kurang menarik untuk anak-anak.

Dengan mempengaruhi otak dan passion sejak anak dan remaja mungkin mindset pada umumnya untuk jadi karyawan atau PNS bisa berkurang dan berganti jadi jiwa-jiwa enterpreneur yang humanis berjiwa petualang misalnya.