Kekayaan, Kekuasaan & Kenikmatan : Pemilu 2024

Sepertinya saya perlu merekam pandangan politik saya seperti waktu mendukung Pak Jokowi di tahun 2014 melawan salah satunya pak Prabowo, di link ini https://wp.me/pTg6C-aQ

Prestasi dan kemerosotan

Saya termasuk yang puas dengan beberapa hasil kerja pemerintahan pak Jokowi. Beliau menggeber pembangunan infrastruktur habis-habisan, misalnya pembangunan jalan, bandar laut, bandar udara, pos perbatasan lintas negara, puskesmas dan bendungan. Tapi yang paling membanggakan menurut saya terutama adalah program hilirisasinya.

Hilirisasi ini misalnya pembangunan smelter-smelter dan investasi perusahan-perusahaan berorientasi Electric Vehicle. Ini akan menambah nilai jual daripada sekedar mengekspor hasil tambang mentah. Meskipun, banyak kritik yang mengatakan bahwa yang diuntungkan cuma negara tertentu seperti China. Padahal menurut hemat saya itu sangat logis mengingat cuma perusahaan-perusahaan dari China yang mau berinvestasi di banyak industri di Indonesia katakanlah industri nikel, semen, pembangkit listrik dan telekomunikasi, sedangkan perusahaan-perusahaan dari negara-negara yang lain tidak berminat untuk memenuhi tingkat kandungan dalam negeri atau alih teknologi yang disyaratkan pemerintah Indonesia. Negara-negara yang dulu diuntungkan dengan mengimpor bahan-bahan mentah tambang Indonesia berusaha keras menggagalkan program hilirisasi ini.

Diakhir periode kedua pemerintahan pak Jokowi ini baru terlihat beberapa imbal balik positif dari program-program beliau misalnya penerimaan negara yang meningkat dan penilaian infrastruktur yang lebih baik. Ada juga imbal balik negatifnya seperti perusahaan karya BUMN yang ngos-ngosan menanggung beban finansial untuk memuaskan ambisi infrastruktur presiden, contohnya PT. Waskita yang sahamnya sedang disuspend BEJ, juga PT. KAI di proyek LRT Jabotabek. Smelter-smelter baru sering masuk berita dengan adanya kecelakaan kerja. Mudah-mudahan semua permasalahan ini bisa menemukan jalan keluarnya.

Sayangnya, dalam pemerintahan pak Jokowi terutama di periode kedua ini, hukum dan benturan kepentingan tidak dirawat bahkan cenderung merosot. UU Cipta Kerja dan IKN mendapatkan penolakan paling keras karena kurangnya partisipasi publik. KPK yang memburuk dipuncaki dengan kasus pemerasan oleh ketuanya. Menteri-menteri dan para politisi yang membuat regulasi dan undang-undang, ada yang memiliki bisnis-bisnis terkait yang membuat peluang benturan kepentingan sangat tinggi. Paling mutakhir adalah benturan kepentingan di MK dimana ketuanya adalah ipar Presiden dan yang diuntungkan adalah anak Presiden. Hasil penyeledikan, MK terbukti melanggar etik berujung diturunkannya ipar Presiden dari jabatan ketua.

Kemerosotan hukum dan regulasi inilah -terutama peristiwa terakhir di MK- yang membuat saya tidak bersimpati lagi dengan Presiden.

Godaan

Tiga godaan untuk berbuat dosa : Kekayaan, Kekuasaan dan Kenikmatan. Rupanya berlaku juga dalam dunia politik. Banyak sekali contoh dari berbagai negara. Sosialisme yang menggulingkan kerajaan di Ethiopia dan kolonialisme di Zimbabwe ternyata menghasilkan otoriter baru setelah sang penguasa baru merasakan nikmatnya tahta kekuasaan. Rezim mereka bahkan menjadi lebih buruk daripada rezim yang mereka gantikan. Ferdinand Marcos di Filipina dulu dengan liciknya memberlakukan Martial Law atau keadaan darurat yang membuatnya bisa berkuasa lebih lama dari seharusnya. Korupsi mencengangkan dilakukan keluarganya, membenarkan suatu adagium “absolute power corrupt absolutely“. Indonesia bersyukur berhasil lepas dari cengkeraman orde baru sesudah reformasi 1998, menghasilkan sistem hukum, pembuatan undang-undang dan regulasi yang menjanjikan.

Wajar jika banyak sekali orang kecewa dengan kondisi hukum dan regulasi akhir-akhir ini yang seperti mengkhianati semangat reformasi 1998. Jika kondisi ini dinormalisasi dan dianggap sebagai kewajaran baru maka akan menjadi contoh yang buruk kedepannya. Saya sangat yakin kunci negara maju dan warga negara bahagia adalah hukum dan regulasi yang dihormati setinggi-tingginya sehingga membangun sistem baik yang berkelanjutan. Ambil contoh negara-negara Skandinavia, Inggris, Swiss, Jepang, Taiwan, Australi dan Amerika. Negara otoriter memang bisa maju juga, tapi yakin warga negaranya bahagia?

Pemilu 2024

Pemilu ini sangat menentukan, pilihlah dengan cermat. Dunia sedang bergejolak sementara Indonesia sedang memiliki momentum dari kekayaan alam dan demografi yang mendukung. Saya sangat berharap pemilu 2024 bisa meloloskan Presiden dan anggota legislatif yang menghormati hukum dan etika. Terdengar sangat klise memang tapi menurut saya inilah pondasi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Emas atau loyang?

Janganlah kenikmatan kehidupan bernegara pasca 1998 ini merosot. Dengan penghormatan tertinggi akan hukum dan etika, visi dan misi menjadi tidak muluk-muluk, program-program bisa berjalan sesuai dengan rambu-rambu dan koridor, dan mudah-mudahan bisa tercapai apa yang diidam-idamkan kita semua: Indonesia maju, rakyatnya kaya, Indonesia Emas 2045.

CID: Communism is Dead 

Akhir-akhir ini sedang ramai isu komunis di Indonesia. Isu yang sangat sensitif di Indonesia. Ibarat kata sebuah lagu: “..the wound heal but the scar still remain..”, luka konflik masih membekas, baik itu peristiwa tahun 1948 dan terutama tahun 1965. Film Pemberontakan G30S PKI yang suram masih menghantui, termasuk dipikiran saya yang dulu jaman SD diharuskan nonton berulang tiap tahun. Adalah sebuah konsekuensi logis jika kemudian paham komunis dilarang di Indonesia.

Namun ketakutan yang berlebihan sekarang ini terasa aneh. Menurut saya paham komunis telah usang. Yang paling saya sesalkan adalah razia terhadap buku-buku tertentu persis jaman orde baru dulu. Karena saya sangat yakin jika saja tidak ada pembredelan berlebih jaman orde baru dulu, maka generasi usia produktif sekarang ini akan menjadi generasi yang lebih berwawasan luas dan cerdas dialektis. Masalahnya pembredelan ini main pukul rata, semuanya dengan seenaknya dicap komunis jika dianggap membahayakan yang berkuasa.

Agama Katolik -mungkin demikian juga agama lainnya- menolak Marxisme yang meperjuangkan kelas tertentu saja sedangkan gereja merangkul semua kelas. Tapi ada kemiripan juga sebenarnya dengan Marxisme dimana dalam salah satu etika politik gereja katolik yaitu prinsip solidaritas, diharapkan untuk mendahulukan kaum tertindas untuk diperjuangkan, option for the poor. Mungkin begitu juga pandangan agama lainnya saya kurang tahu. Pertentangan utama antara agama dan komunis mungkin terletak pada teori dasar komunis yaitu materialisme yang atheis. Sedangkan ketakutan kaum militer pada komunis adalah pada sifatnya yang progresif revolusioner.

Namun dalam prakteknya, kita bisa melihat betapa banyak negara-negara dengan mayoritas penduduk katolik, pemerintahannya jauh dari prinsip  option for the poor. Meskipun agama Katolik sendiri tidak mempunyai sistem pemerintahan dan ekonomi yang dibakukan. Di negara-negara Amerika Latin kemudian umum dengan menjamurnya ideologi sosialis yang memperjuangkan kaum tertindas, voice of voiceless. Kritik dari para pemikir atheis juga seringkali tentang hal ini, agama yang meninabobokan masyarakat dalam ketimpangan antar kelas.

Baru-baru ini saya ke Bangladesh. Maaf saja, disana saya bersukur hidup di Indonesia. Saya berkata kepada teman saya: “Karl Marx mungkin sedih liat kondisi disini”

“Wah..ngeri juga lu peggemar Marx yah..” timpal teman saya.

Dengan lebai saya menjawab “nggak juga, cuman gue setuju aja sama empatinya terhadap ketidakadilan yang sebenarnya berlaku universal..”

Saya mendengar sendiri cerita teman kantor disana bagaimana kondisi infrastruktur disana yang buruk, kondisi perlindungan tenaga kerja disana, tentang upah dan jaminan sosial yang minim, belum lagi tentang kolusi dan parlemen yang lemah. Kami menguatkan dia dengan cerita tentang KAI yang dulu hopeless, berkarat dan jorok, sekarang berubah jadi jauhhhh lebih baik setelah diperbaiki Ignasius Jonan.

Cerita-cerita diatas saya maksudkan untuk menggambarkan bahwa kita butuh semua konsep. Kita butuh penyeimbang. Butuh pengkritik. Butuh oposisi. Satu konsep tok mutlak menghasilkan semacam otoriter. Lagi-lagi saya suka mencontohkan keseimbangan yang baik dalam UUD kita UUD ’45. Nasionalisme, Agama dan Sosialisme terwakilkan dengan cukup baik. Gak heran Indonesia punya toleransi antar agama yang cukup baik, perlindungan buruh dan tenaga kerja yang lumayan, jaminan sosial yang semakin baik juga hari-hari libur nasional, agama dan buruh yang representatif hehe..

Tentang komunis, saya pikir komunis sudah mati, Soeharto termasuk pembunuhnya..Saya sendiri sih say no to communism and narkoba..

Man vs Software

Dah lama ga update blog ini 😀

Yup sekarang saya mau bahas tentang SON yaitu Self Organizing Network. Its about automatic software.

Saya jadi ingat dulu pertama kali bekerja di dunia telekomunikasi, kami diberi tugas oleh koordinator kami untuk membuat program menggunakan Macro VB Excel. Latar belakangnya adalah kami punya rutinitas kerjaan dan tugas yang berulang setiap waktu dan hari. Dan koordinator kami mempunyai ide bagaimana menekan pengulangan kerjaan secara manual digantikan program yang mengeksekusi rutinitas itu secara otomatis dan jauh lebih cepat dengan hanya menekan tombol setelah mempersiapkan input! Pekerjaan jauh lebih cepat, efisien, efektif, bahkan mengurangi kesalahan atau error. Kata kuncinya disini adalah : Cepat dan Error Reduction yang berujung pada Cost Efficiency dan Kredibilitas. Saya berterima kasih kepada jasa koordinator itu, dalam kerjaan saya selanjutnya ilmu ini sangat membantu.

SON

Nah SON ini saya pikir sama persis idenya dengan latar belakang diatas, dan SON bener-bener akan sangat powerful ketika sistemnya sudah lengkap dan sempurna nantinya. Beberapa fungsinya misalnya:

  • Paramater Consistency Check
  • Automatic Neighbor Relation
  • Layer Management System
  • Reuse Code Optimization
  • Coverage and Capacity Optimization
  • Load Balancing
  • Mobility Robustness
  • Automatic Parameter Optimization
  • Carrier Aggregation Optimization
  • VOLTE Optimization
  • dan masih banyak lagi..

SON diagram

 

Input untuk SON adalah parameter fisik seperti tinggi antenna, azimuth, tilting, dikombinasikan dengan counter-counter dari network yang disimpan dalam sebuah database juga parameter-parameter dari sebuah system. Sebuah program kemudian akan berjalan dalam sebuah server yang kemudian melakukan komputasi berdasarkan input-input ini. Analisis yang dulu dilakukakan manual oleh manusia kini bisa dilakukan lebih cepat, komprehensif dan masif dan menghasilkan ouput rekomendasi yang bisa diterapkan ke sistem menghasilkan sistem dan network yang lebih baik. Keterbatasannya adalah computing power dan input, karna dalam sistem otomatis seperti ini prinsipnya adalah Garbage In Garbage Out, inputan sampah keluarannya juga sampah.

Ya, sebagai tenaga kerja, persaingan kita kini tidak terbatas pada sesama tenaga kerja tapi juga dengan mesin dan software 😀 Fungsi manusia sekarang tinggal decision maker, desain, dan penginput. Jadi untuk tetap eksis sepertinya kita harus siap jadi decision maker, desainer, dan inputer yang mau ga mau harus ngerti alur cara berpikir dan komputasi SON juga output yang benar.

Dan saya yakin fungsi manusia yang di-disrupt oleh software tidak hanya terjadi di bidang telekomunikasi tapi juga di semua bidang.

Sudah siapkah kita bersaing dengan mesin dan software?

 

Pemeluk Agama Yang Sombong

Facebook itu asik sebenarnya sob..teman-teman lama yang sudah lama gak pernah ketemu akhirnya bisa ketemu lagi dan kontek lagi meskipun cuma lewat pesan dan chat di Facebook. Dari temen jaman SD, SMP, SMA, dll. Facebook bagus juga jadi tempat beriklan mereka yang berjiwa marketing. Facebook juga seru untuk sharing foto-foto.

Tapi, mungkin kamu juga menyadari bahwa akhir-akhir ini Facebook menjadi kurang enak. Banyak sekali link hoax, banyak juga link berita media yang sangat kuat indikasinya sebagai berita tak terkonfirmasi, pendapat satu arah. Selain itu di Indonesia, sejak pemilihan Presiden terakhir, banyak juga perang opini antara pendukung Presiden terpilih dan yang kalah, di Facebook. Dan juga ada lagi sharing opini vulgar tentang agama-agama yang sampai pada titik yang tidak sopan yaitu mempertanyakan dan mendebatkan keimanan pemeluk agama orang lain.

Wajar jika kemudian mungkin banyak yang kesal main Facebook. Atau ada juga yang meng-unfriend teman-teman tertentu yang menjadikan dunia Facebooknya homogen dan satu warna. Bagus juga sih efek Facebook ini. Kita jadi (pura-pura baru) tahu betapa banyak karakter orang sekitar kita.

Saya sendiri jujur saja kesal dengan, let me call it, para “pemeluk agama yang sombong” di Facebook. Apa untungnya mempertanyakan dan mendebatkan keimanan pemeluk agama orang lain? Merasa dirinya dan agamanya dan keimanannya yang paling benar? Merasa dirinya akan masuk surga sementara yang lain terbakar di neraka? Tentu saja saya sangat mendukung diskusi antar agama, tapi bukan taraf yang rendah seperti itu. Ada hal-hal yang pantasnya didiskusikan internal saja, dan ada yg bisa dibawa keluar.

Praksis Keimanan di Dunia

Mahatma Gandhi berkata “My religion is based on truth and non-violence“. Sementara Dalai Lama “My religion is very simple. My religion is kindness“. Pikiran seperti ini benar-benar open minded dan sepertinya benar-benar menutup kritik dari pemikir-pemikir atheist seperti Nietzche, Marx, atau Freud. Kalimat-kalimat yang singkat tapi suatu bukti ringkas yang kuat tentang pengalaman mendalam praktek keimanan dalam dunia nyata sehari-hari.

Saya pernah ngobrol dengan seorang yang mengaku atheis di Hangzhou, dia ikut menjamu saya dan teman saya yang akan balik ke Indonesia:

“Apakah kamu menganut agama?”

“Ya, saya Katolik dan teman saya ini Muslim.”

Terus dia ngangguk-ngangguk. “Oh ya, saya punya teman dari Pakistan sepertinya dia Katolik juga. Tiap Jumat di pergi ke Gereja juga.”

Kami ketawa dan berkata “Bukan..itu Muslim kalau tiap Jumat ke Masjid”

Dengan sotoy ia melanjutkan “Oya, my mistake, ya tetangga desa saya banyak yang Muslim, mereka tiap Jumat ke Masjid dan bernyanyi.”

Kami cuma bisa berkata “Ape lu kate dah..”

Paling nggak ini bukti sederhana juga bahwa seorang atheis pun bisa berlaku baik, memperlakukan orang asing dengan baik.

Saya cuma mau menekankan disini bahwa yang lebih penting adalah praktek keimanan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan mau terprovokasi “pemeluk agama sombong” yang mencari-cari kesalahan agama orang lain apalagi orang yang tidak beragama. Diskusi antar agama perlu tapi penting dijaga sampai batas-batas yang sopan. Tapi mungkin batas yang sopan itu dah kabur juga yah…oohh.

Fenomena CDMA dan Kritik Kepada Telkom (Flexi)

Sebentar lagi Flexi usai kisahnya, frekuensi miliknya akan dikembalikan kepada negara. Kemungkinan frekuensi itu akan dipakai oleh Telkomsel untuk E-GSM (Extended GSM..whatever..)

Ingat pertama kali Flexi muncul? Ditengah cerita sukses operator GSM, Flexi muncul dengan CDMA dan oya kebetulan (?) regulasi pemerintah sangat menguntungkan operator CDMA dengan tarif yang lebih menarik tetapi layanannya harus bersifat fixed.

Masih belum cukup tarif yang lebih murah, dengan trik ala joki 3-in-1 operator CDMA digawangi Flexi mengakali regulasi fixed area dengan cara meregister kota tujuan sebelum bepergian sehingga layanan CDMAnya tetap bisa dipakai di tempat tujuan.

Tapi oh ternyata dengan beberapa kelebihan itu kini semuanya bertumbangan, tinggal Smartfren masih memperlihatkan tanda-tanda kehidupan. Kenapa kita menyebutnya bertumbangan karna ini bukanlah suatu strategi menyambut LTE, tapi memang karena merugi bro..

Apa yang salah dengan operator CDMA? Mungkin masalah strategi dan marketing dan terutama modal. Tapi sangat disayangkan tumbangnya Flexi dibawah nama besar PT. Telkom. Seharusnya Flexi mengambil posisi sebagai perintis seperti halnya Citilink di bawah Garuda. Fokus pada area-area potensial tapi belum terjangkau kabel telepon. Pasarnya yang paling kuat ada disitu. Tapi mungkin juga berbenturan dengan strategi Telkomsel yang menargetkan setiap kecamatan seluruh Indonesia terlayani Telkomsel. Nah posisinya jadi tanggung kan?
Dan yang menyebalkan adalah pelanggan juga kena getah akibat tumbangnya Flexi. Pelanggan Flexi disarankan beralih ke Telkomsel dengan produk AS Flexi yang adalah layanan GSM. Sehingga pelanggan harus mengganti sendiri teleponnya yang sebelumnya cuma bisa untuk layanan CDMA. Coba kita lihat nanti bagaimana cara Smartfren mengalihkan pelanggannya ke layanan LTE nya, kalau lebih nyaman bagi pelanggannya maka kita bisa bilang Shame on you Flexi. Kalo sama saja, kita bisa bilang begitu kepada dua-duanya.

Jadi bisnis basah apa yang tersisa dari Telkom sekarang? Fixed line dengan teknologi DSL dibawah nama produk Speedy dan layanan broadband lewat jaringan serat optik. Tapi ohh dikota-kota besar saingannya luar biasa dengan tawaran-tawaran menggiurkan. Alangkah baiknya jika Telkom bergerak dengan prioritas membangun jaringan fiber optik dari kota-kota kabupaten yang ratusan itu, jangan sampai daerah-daerah yang dari jaman patih Gadjah Mada belum kemasukan kabel telpon, sampai di jaman internet ini ga masuk-masuk juga kabel optiknya. Ini terutama adalah pesan dari pasal 33 UUD 45 lho dan juga sejarah Telkom yang pernah memonopoli pertelekomunikasian (arahan pasal 33 juga) tapi gagal mendominasi. Eh tapi ehh..Telkomsel kan punyanya Telkom ya..

Pilkada Langsung, Demokrasi Terpimpin dan Runtuhnya Generasi Emas Minang

Judulnya asik banget ya haha..

Ya, akhir-akhir ini sedang ribut soal pilkada apakah dipilih langsung ataukah dipilih lewat DPR. Pilkada langsung sepertinya diajukan oleh partai-partai yang tergabung dalam koalisi Merah Putih. Apakah ini salah satu bentuk ketidaksukaan akan kemenangan seorang ‘kecil’ Jokowi, salah satu pemimpin yang bersinar yang merupakan hasil dari pilkada langsung? Only God knows..

Kemudian kemaren saya lihat di twitter, salah satu justifikasi yang diajukan oleh seorang kader Gerindra bernama Rachel, yaitu Demokrasi Terpimpin ala Soekarno. Saya agak bingung juga hubungannya dimana? Menurutnya kepemimpinan seperti pada era Demokrasi Terpimpin itulah yang sesuai dengan jiwa bangsa Indonesia. Saya  termasuk orang yang tidak setuju dengan anggapan itu.

Dan saya mulai berasumsi jangan-jangan  itulah tujuan dari pimpinan partainya, yang telah diamini para anggota dan kader partai, yang akan didukung koalisi merah putih, wah ini harus dicegah.

Bung Hatta tidak diragukan lagi nasionalisme dan kesantunannya. Dia mengundurkan diri dari Dwi Tunggal karena merasa tidak sejalan lagi dengan Soekarno. Natsir seorang tokoh Masyumi juga tidak sepaham dengan Soekarno, terutama soal kedekatannya dengan PKI. Syafruddin Prawiranegara dulu mendirikan pemerintahan darurat di Bukittinggi atas inisiatifnya sendiri ketika Dwi Tunggal ditangkap Belanda, juga menyatakan ketidaksukaannya. Para tokoh terutama militer di Sumatera memberikan ultimatum kepada pemerintah pusat yang bisa dikatakan mengkritik kebijakan Soekarno dan pusat. Syafrudin Prawiranegara dan Natsir kemudian bergabung dengan PRRI setelah ultimatum itu tidak dipenuhi pusat. Perlu dipahami situasi di Jakarta yang mencekam dan penuh tekanan kepada tokoh Masyumi waktu itu, setelah upaya percobaan pembunuhan Soekarno. Sementara itu Sulawesi ada Permesta dibawah Kawilarang dan Sumual. Di Sumatera Utara dibawah Simbolon. Mereka semua mengkritik pusat. Apakah ada isu kepentingan di tubuh militer? Only God knows..

Pada akhirnya gerakan-gerakan pemberontakan menurut kacamata pusat ini bertumbangan. Apakah inilah era tumbangnya generasi emas Minang? Natsir, Syafrudin Prawiranegara diadili. Juga Sjahrir dari PSI yang sepertinya dituduh mendukung PRRI, karir politik mereka tamat. Ayah Prabowo yaitu Soemitro juga dituduh mendukung PRRI, sehingga ia melarikan diri ke luar negeri. PSI dan Masyumi dibubarkan. Dari Sulawesi Utara juga konon tidak ada lagi yang bisa mencapai posisi tinggi dalam militer.

Apakah benar pilkada dipilih DPRD akan bermuara pada kepemimpinan seperti demokrasi terpimpin? Jika tujuannya itu maka kita patut khawatir. Sejarah telah membuktikan banyak gejolak yang terjadi di Republik ini akibat dari sistem seperti itu. Dengan ini saya menyatakan tidak setuju pilkada lewat DPRD, meskipun jika tidak berhubungan dengan demokrasi terpimpin. Banyak memang kekurangan pilkada langsung, tapi lebih banyak keuntungannya..

Gereja Katolik Dalam Perkembangan Jaman

Kali aja ada yang pengen tahu latar belakang Gereja Katolik dan perkembangannya..

Kelahiran Gereja

Ajaran Kristiani berpusat pada ajaran Yesus Kristus yang besar dalam tradisi Yahudi. Pada umur yang masih belia pengetahuan Yesus tentang Taurat pernah memukau imam-imam di bait Allah. Karena kedalaman pengetahuan itu pula Yesus pernah diminta memimpin ibadat di sinagoga. Jadi Yesus paham benar akan Taurat dan tradisi Yahudi.

Namun murid-murid Yesus sendiripun mungkin kaget ketika kemudian melihat ajaran Yesus yang ternyata revolusioner dan mengambil posisi mempertanyakan tradisi Yahudi. Sebuah contoh cukup baik tentang sikap Yesus ini adalah ketika seorang wanita bernama Maria Magdalena tertangkap berzinah. Menurut hukum Yahudi wanita ini harus dirajam sampai mati. Orang-orang yang ingin mencobai Yesus membawanya pada Yesus dan bertanya kepadanya apa yang harus mereka lakukan. Yesus lalu berkata: “Barangsiapa yang merasa dirinya tidak berdosa biarkanlah ia yang melemparkan batu pertama kepada wanita ini.” Tentu saja tidak ada orang yang kemudian berani menjadi pelempar batu pertama. Sebuah contoh lain adalah ketika Yesus melakukan mukjizat menyembuhkan orang di hari Sabat yang menurut hukum Yahudi adalah hari dimana orang Yahudi tidak boleh melakukan kegiatan apapun. Kata Yesus “Apa yang akan kalian lakukan jika domba kalian jatuh ke dalam sebuah lobang pada hari Sabat?” Dan kerap sekali Yesus memberikan kritik keras kepada kaum Farisi yang dianggapnya suka memamerkan keimanannya di depan umum. Yesus mengkritik sikap kaku mereka tentang hukum Taurat bahkan ketika sedang berhadapan dengan situasi hidup mati atau pertentangan nurani.

Sikap Yesus ini tentu saja membangkitkan ketidaksukaan imam-imam Yahudi, yang kemudian berujung pada penyaliban Yesus. Dalam peristiwa penyaliban itu, sikap resmi pemerintahan kekaisaran Romawi adalah lebih menuruti kemauan imam-imam Yahudi untuk meredam dan mencegah pemberontakan orang Yahudi yang memang cukup sering terjadi waktu itu.

Dengan latar belakang ini, bisa kita lihat kemudian Gereja purba lahir dan tumbuh dalam tekanan dan penindasan baik di dalam lingkungan Yahudi maupun di daerah-daerah jajahan kekaisaran Romawi yang begitu luasnya saat itu. Pada masa-masa itulah gereja benar-benar diuji keimanannya. Banyak pemeluk Kristen yang rela mati demi memegang imannya, bahkan ketika dihadapkan pada metode penyiksaan dan teror Romawi yang terkenal mengerikan.

Romawi Menjadi Kristen

Tapi akhirnya keadaan berubah berbalik menguntungkan penganut Kristen ketika Kaisar Romawi yaitu Konstantin juga menjadi pemeluk Kristen dan menjadikan Kristen agama resmi kekaisaran Romawi. Tidak ada lagi teror dan intimidasi. Malahan pemimpin agama Kristen bangkit menjadi simbol yang disegani dalam pemerintahan yang bahkan terus berlangsung hingga saat ini meski tidak sekuat pada abad-abad pertengahan dulu.

Namun sayangnya masa-masa suram gereja justru terjadi disaat seperti itu, yaitu ketika sudah tidak ada lagi teror dan intimidasi terhadap gereja. Disaat gereja menjadi sumber legitimasi Kristiani bagi kerajaan-kerajaan Kristen Eropa kala itu, Paus yang merupakan lembaga kepemimpinan Kristen, kerap menyalahgunakan kekuasaannya. Kolusi dan nepotisme juga korupsi merajalela. Gereja banyak ikut campur dalam perpolitikan dan intrik-intrik kerajaan demi alasan paling murahan yaitu harta duniawi bahkan kekuasaan. Perpecahan gereja orthodoks di Turki dengan Roma waktu itu juga terjadi akibat intrik-intrik politik dalam kepausan. Tekanan terhadap ilmuwan-ilmuwan yang bertentangan dengan ajaran gereja juga terjadi saat itu.

Reformasi Gereja

Keadaan begitu buruknya sehingga sampai pada suatu titik bermunculanlah suara-suara protes. Yang paling terkenal adalah suara protes Martin Luther dari Jerman. Titik inilah yang menjadi titik balik gereja setelah sekian lama berkubang dalam sistem yang dibuat rusak. Gereja kemudian terpecah menjadi dua yaitu Protestan dengan tokoh-tokoh utamanya Martin Luther dan John Calvin, dan Katolik yang akan saya lanjutkan bahasannya.

Ada perubahan besar yang terjadi pada tubuh Gereja Katolik sesudah perpecahan itu. Gerakan perubahan ini terutama digawangi oleh imam-imam ordo Yesuit yang didirikan Ignatius Loyola menyusul banyak pertanyaan dan perdebatan yang membutuhkan sikap kritis mendalami sikap gereja Katolik. Gereja Katolik pun mereformasi diri. Perubahan sistem dan dogma sangat signifikan, yang bahkan terasa hingga pada simbol-simbol sederhana dalam liturgi gereja katolik.

Perubahan-perubahan sikap gereja Katolik yang mendasar mencapai puncaknya pada Konsili Vatikan ke-II.
Salah satu pokok perubahan yang baik dalam hubungannya dengan agama lain misalnya adalah Lumen Gentium, yaitu bahwa Gereja Katolik mengakui adanya keselamatan di luar gereja.

Berawal dari pengalaman Santo Fansiskus Xaverius dalam tugasnya di Jepang, dengan semangatnya ia membaptis banyak orang dengan keyakinan telah menyelamatkan orang yang dibaptisnya. Pada akhirnya ia tersentak pada pertanyaan seorang biksu Shinto, bagaimana dengan keselamatan orang-orang baik yang tidak dibaptis, mungkin seperti biksu itu sendiri, yang memang tidak mengenal Yesus.

“Barangsiapa melakukan kebaikan kepada orang-orang yang paling hina ia telah melakukannya untuk Aku” kata Yesus. Ayat ini dipakai untuk menggambarkan, bahwa tidak semua orang yang melakukan kebaikan pernah mengenal Yesus atau ingin dibaptis. Dan kebaikan ini menurut pandangan gereja adalah karena sentuhan Tuhan pada nurani manusia. Dalam pernyataan pribadinya Santo Yohanes Paulus II mengembangkan lebih jauh lagi pandangan terbarui Gereja Katolik setelah Konsili Vatikan ke-II yang semakin membuka dialog dengan agama-agama lainnya di dunia.

Pada jaman yang semakin moderen ini, Gereja Katolik menghadapi semakin banyak tantangan baru, atau borok lama yang mulai bermunculan lagi. Semoga Gereja Katolik mampu beradaptasi dengan kemajuan jaman, baik itu internal Gereja Katolik maupun dalam hubungan dengan agama lain di dunia, sesuai ajaran Yesus dan semangat humanisme.

Selamat Natal 2014!

Shawsank Redemption dan Perpustakaan

Menonton film lama Shawsank Redemption (1994) membuat saya teringat perpustakaan di asrama dulu. Saya memang suka membaca buku terutama waktu SMP, puncaknya suka membaca buku ya dijaman itu. Di masa SMA mulai menurun tapi masih mendingan dibandingkan sekarang ini hahaha..

Waktu SMA saya tinggal di asrama, dan salah satu hal yang membuat saya penasaran adalah kenapa perpustakaan asrama dengan koleksi buku yang cukup banyak tidak pernah dibuka. “Belum sempat diatur” jawab frater (calon pastor) pembimbing kami.

Di asrama dulu, kami bisa menjadi pengurus asrama jika sudah kelas 2 SMA. Pertimbangannya di usia kelas 1 SMA masih belum cukup senior, sedangkan anak-anak kelas 3 SMA dibiarkan lebih fokus belajar untuk ujian akhir nasional.

Di kelas 2 SMA, pengumpulan suara pemilihan ketua asrama periode baru diadakan dan yang mendapatkan suara terbanyaklah yang jadi ketua asrama, sedangkan pesaing terdekatnya menjadi wakil ketua. Saya langsung mendekati teman saya yang menjadi ketua dan wakil dan meminta posisi seksi pendidikan dengan target utama ingin mengatur perpustakaan. “Wah ini kolusi dan nepotisme” teman saya bercanda. Jaman itu memang jamannya Soeharto jatuh dan banyak demo anti korupsi, kolusi dan nepotisme. Akhirnya saya memang memegang posisi seksi pendidikan.

Kebetulan di perpustakan asrama ada buku tentang cara mengklasifikasi buku di perpustakaan. Lumayan juga tambahan pengetahuan tentang cara mengklasifikasi buku yang ternyata tidak sesederhana yang saya bayangkan. Kalau kita perhatikan kadang ada buku yang menyertakan katalog dalam terbitan, nah itu untuk membantu pengaturan buku di perpustakaan. Frater yang melihat susunan buku yang tidak beraturan tinggi rendahnya bertanya “kok tidak rapi?” Saya jelaskan kalau susunanannya berdasarkan klasifikasi. Akhirnya sesudah beberapa waktu yang cukup lama saking banyaknya buku, perpustakan asrama bisa dibuka lagi seperti seharusnya.

Rupanya Pastor kepala asrama juga tertarik untuk mengatur perpustakaan di ruangannya seperti cara klasifikasi di perpustakaan. Guru di sekolah mungkin mendengar dari teman juga meminta bantuan saya membantu mengatur perpustakaan di SMA. Terus terang saja perpustakaan di SMA sangat membosankan, didominasi text book yang rasanya pengen saya bakar saja. Tapi lumayan waktu itu saya kadang minta guru yang bertanggung jawab bagian perpustakaan untuk memintakan ijin tidak ikut les PPKN yang bikin ngantuk ke guru yang bersangkutan hehe..

Shawsank Redemption

By the way busway, film Shawsank Redemption (1994) sangat bagus, ratingnya 9.3 di IMDB, dan 93% di situs Rotten Tomatoes. Inti cerita film ini adalah tentang memelihara harapan. “Get busy living, or get busy dying” kata Andy Dufresne, tokoh utama film itu. Yang belum nonton coba nonton deh.

Jokowi and The First Three Moves

I play chess. And in chess, you play with somebody long enough,

you come to realize that their first three moves are usually the same.

Demikian kata Letnan Jenderal Irwin kepada Yates teman main caturnya di sebuah penjara militer. Irwin dipenjara karena mengabaikan perintah Presiden yang akhirnya menyebabkan kematian 8 orang pasukannya pada sebuah misi di Burgundy. Sementara itu Kolonel Winter sang sipir penjara ternyata adalah pengagum sang Jenderal. Namun satu kritik keras dari sang Jenderal terhadap hobi mengumpulkan artefak militer sang sipir membuat kekagumannya pada sang Jenderal perlahan memudar. Di penjara, brutalnya perlakuan sipir kepada tahanannya membuat Irwin kesal dan bangkit menggalang sesama tahanan untuk melakukan perlawanan. Untuk membaca antisipasi sipir terhadap puncak chaos yang ia rencanakan, ia membuat aksi awal kecil-kecilan, dan akhirnya ia dan kelompoknya berani menyimpulkan 3 langkah awal sipir yang bisa mereka lumpuhkan kemudian pada hari H. Itulah kisah dari film yang sudah agak lama “The Last Castle” yang dibintangi oleh Robert Redford. Cukup berkesan bagi saya.

Catur

Catur

Memang benar adanya. Setiap orang punya ciri khas masing-masing. Kebiasaan masing-masing. Pada situasi tertentu kemudian reaksi dari seseorang akan bisa diperkirakan lebih mudah jika sudah diamati terlebih dahulu. Disinilah pentingnya membaca track record.

Itulah kenapa lalu dalam pilpres kali ini saya yakin untuk memilih Jokowi. Apa sih tiga langkah awalnya di Solo? Apa sih tiga langkah awalnya di Jakarta? Ternyata sesudah tiga langkahpun masih memuaskan. Tiga langkah besarnya terutama adalah penataan birokrasi, pembangunan manusia (pendidikan dan kesehatan), lalu perbaikan sistem anggaran/pajak/keuangan. Dan jika kemudian beliau terpilih menjadi Presiden Indonesia saya sangat yakin tiga langkah awal inilah yang akan mulai dijalankan. Menarik untuk melihat nanti bagaimana mengatur Gubernur-Gubernur terutama dalam konteks sistem otonomi daerah sekarang ini, juga tentang kebijakan luar negeri dan pertahanan negara.

Karakternya yang membedakan dengan pesaingnya memang mendukung tiga langkah awal ini, yaitu karakter yang memahami detail dan pekerja lapangan atau kata orang down to earth. Sedikit kritik saya adalah beliau harus mencoba terbang lebih tinggi lagi tapi jangan sampai ketinggian hingga di awang-awang.

*After watching Jerman membantai Portugal 4-0 #JermanJuaraWC2014

Gravity

Tetang gravitasi. Apakah yang pertama terlintas di benakmu? Buah apel Newton? Ayolah, percaya saya, itu rekaan belaka. Tidak, saya sekarang ingin bicara tentang film berjudul “Gravity”. Sebuah film yang dibintangi Sandra Bullock dan George Cloney.

20131008-004858.jpg
Sang sutradara membuka film dengan suara keras dan tiba-tiba disusul dengan keheningan yang mengagumkan, berlatar belakang birunya planet bumi.